STOIKIOMETRI
Kata stoicheion dalam
bahasa Yunani berarti unsur dan metron
yang berarti mengukur. Istilah stoikiometri
(stoichiometry)
secara harfiah berarti mengukut unsur. Tetapi secara praktis, stoikiometri
meliputi semua hubungan kuantitatif yang melibatkan massa atom dan massa rumus,
rumus kimia, dan persamaan kimia (Petrucci et
al., 2011). Dalam materi pokok stoikiometri membahas tentang hubungan massa
antar unsur dalam suatu senyawa atau stoikiometri senyawa dan antar zat dalam
suatu reaksi atau stoikiomeri reaksi (Utami et
al., 2009). Sebelum dapat memahami perhitungan stoikiometri, diharuskan
memahami hukum-hukum dasar kimia terlebih dahulu.
1.
Hukum-Hukum Dasar Kimia
Pada awalnya, kimia
hanya merupakan pengetahuan mencampurkan dan memisahkan zat-zat dengan
perbandingan tertentu. Antoni Laurent
Lavoisier yang menegaskan bahwa Kimia harus disajikan secara kuantitatif.
Ia melakukan percobaan-percobaan teliti dengan mengukur jumlah zat secara
tepat.
Pengukuran massa dalam
reaksi kimia dimulai oleh Antoni Laurent
Lavoisier (1743-1794) yang menemukan bahwa pada reaksi kimia tidak terjadi
perubahan massa (hukum kekekalan massa). Selanjutnya Joseph Louis Proust (1754-1826) menemukan bahwa unsur-unsur
membentuk senyawa dalam perbandingan tertentu (hukum perbandingan tetap).
Kemudian dalam rangka menyusun teori atomnya, John Dalton menemukan hukum dasar kimia yang ketiga hukum kelipatan
perbandingan. Ketiga hukum tersebut merupakan dasar dari teori kimia yang
pertama, yaitu teori atom yang dikemukakan oleh John Dalton sekitar 1803.
Menurut Dalton, setiap
materi terdiri atas atom, unsur terediri atas atom sejenis, sedangkan senyawa
terdiri dari atom-atom yang berbeda dalam perbandingan tertentu. Namun
demikian, Dalton belum dapat menentukan perbandingan atom-atom dalam senyawa
(rumus kimia zat). Penetapan rumus kimia zat dapat dilakukan berkat penemuan Gay Lussac dan Avogadro. Setelah rumus kimia senyawa dapat ditentukan, maka
perbandingan massa antar atom (Ar)
maupun antar molekul (Mr)
dapat ditentukan. Pengetahuan tentang masa atom relatif dan rumus kimia senyawa
merupakan dasar dari perhitungan kimia.
2.
Konsep Mol
Kuantitas SI yang menjelaskan banyaknya zat dengan cara
mengaitkannya dengan banyaknya partikel zat itu dinamakan mol. Pada sistem SI, mol (mole) adalah banyaknya suatu zat yang mengandung entitas dasar (atom, molekul, atau
partikel lain) sebanyak jumlah atomyang terdapat dalam tepat 12 g (atau 0,012
kg) isotop karbon-12. Jumlah atom sebenarnya di dalam 12 g karbon-12
ditentukan melalui percobaan. Jumlah ini disebut bilangan Avogadro (Avogadro’s Number) (NA), untuk menghormati ilmuwan Italia, Amedeo Avogadro.
Nilai yang diterima saat ini adalah.
NA = 6,0221367 x 1023mol-1
Nilai NA sering
dibulatkan menjadi 6,022 x 1023 mol-1 atau bahkan 6,02 x
1023 mol-1. Satuan mol-1 menegaskan bahwa
entitas yang dihitung ada dalam satu mol.
Jika suatu zat mengandung atom dari satu isotop, maka
1 mol 12C = 6,02214 x 1023 atom 12C
= 12,0000 g
1 mol 16O = 6,02214 x 1023 atom 16O
= 15,9949 g
Sebagian besar unsur terdiri atas campuran dari dua atau
lebih isotop sehingga atom-atom dalam suatu sampel unsur tidak semuanya
memiliki massa yang sama, tetapi terdapat dalam proporsi alaminya. Jadi dalam
satu mol oksigen, sebagian besar atom adalah karbon-12, tetapi beberapa adalah
karbon-13. Dalam satu mol oksigen, sebagian besar atom adalah oksigen-16,
tetapi sebagian adalah oksigen-17 dan beberapa oksigen-18. Akibatnya,
1 mol C = 6,02214 x 1023 atom C = 12,011 g
1 mol O = 6,02214 x 1023 atom O = 15,9994 g
a.
Massa Molar
Telah diketahui bahwa satu mol atom karbon-12 mempunyai
massa tepat 12 g dan mengandung 6,022 x 1023 atom. Massa dari
karbon-12 ini adalah massa molar (molar
mass) (M), didefinisikan sebagai massa
(dalam gram atau kilogram) dari 1 mol entitas (seperti atom atau molekul) zat. Angka massa molar karbon-12 (dalam
gram) sama dengan angka massa atomnya dalam sma. Demikian juga massa atom dari
natrium (Na) adalah 22,99 sma dan massa molarnya adalah 22,99 gram; massa atom
fosfor adalah 30,97 sma dan massa molarnya adalah 30,97 gram; dan seterusnya.
Jika diketahui massa tom dari unsur, maka dapat diketahui juga massa molarnya.
Gambar 1. Hubungan antara massa (dalam gram) suatu unsur
dan jumlah mol unsur tersebut, serta antara jumlah mol suatu unsur dan jumlah
atom unsur tersebut. M adalah massa molar (g/mol) unsur dan NA adalah bilangan Avogadro.
Jika diketahui massa atom dari atom-atom penyusun suatu
molekul, kita dapat menghitung massa dari molekul tersebut. Massa
molekul (molecular mass)
(kadang disebut berat molekul) adalah
jumlah dari massa-massa atom (dalam sma)
dalam suatu molekul. Dari massa molekul dapat ditentukan massa molar dari
suatu molekul atau senyawa. Massa molar suatu senyawa (dalam gram) sama dengan
massa molekulnya (dalam sma). Misalnya, massa molekul air adalah 18,02 sma,
maka massa molarnya adalah 18,02 g. Perhatikan bahwa 1 mol air beratnya 18,02 g
dan mengandung 6,022 x 1023 molekul
H2O, seperti halnya 1 mol unsur karbon mengandung 6,022 x 1023 atom karbon.
b.
Volume Molar Gas
Volume suatu gas bergantung pada temperatur, tekanan, dan
jumlah zatnya. Hubungan antara besaran-besaran tersebut untuk gas ideal dapat
dinyatakan dengan persamaan gas ideal berikut.
PV = nRT
Keterangan:
P = tekanan (atm)
V = volume (L)
n = jumlah mol gas (mol)
T = temperatur (K)
R = tetapan gas = 0,082 L atm mol-1 K-1
Volume molar didefinisikan sebagai volume satu mol zat dalam wujud
gas. Adapun keadaan standar
didefinisikan sebagai tekanan 1 atm (76 cmHg) dan temperatur 0ยบC (273 K).
V STP = 22,4
L mol-1
c.
Rumus Empiris dan Rumus Molekul
Rumus empiris merupakan rumus perbandingan jumlah mol
unsur-unsur yang menyususn suatu senyawa. Menentukan rumus empiris berarti
menghitung jumlah mol unsur-unsur dan dibandingkan. Dalam penentuan tersebut
diperlukan sejumlah data, yaitu (1) massa unsur, perbandingan massa unsur atau
presentase masa unsur yang menyusun senyawa; (2) massa atom relatif (Ar) unsur tersebut.
Adapun rumus molekul senyawa merupakan rumus kimia yang
menggambarkan jumlah atom dan unsur penyusun senyawa. Dalam penentuan rumus
molekul, perlu ditentukan terleih dahulu rumus empirisnya. Jika sudah diketahui
rumus empirisnya, dapat ditentukan rumus molekulnya dengan menggunakan data
massa molekul relatif (Mr).
d.
Senyawa Hidrat
Senyawa hidrat adalah senyawa yang mengikat molekul air.
Molekul air yang teikat dinamakan molekul hidrat. Penentuan jumlah molekul
hidrat yang terikat dapat dilakukan dengan cara memanaskan garam terhidrat
(mengandung air) menjadi garam anhidrat (tidak mengandung air). Contoh senyawa
yang mengandung molekul hidrat adalah Cr2O3•3H2O
(mengikat 3 molekul hidrat) dan Mn(NO3)2•6H2O
(mengikat 6 molekul hidrat).
e.
Persen Komposisi Senyawa
Pesen komposisi (percent compotition) adalah persentase massa dari tiap unsur yang
tekandung dalam suatu senyawa. Persen komposisis diperoleh dengan membagi
massa tiap unsur dalam 1 mol senyawa dengan massa molar senyawa tersebut
dikalikan 100 persen. Secara matematis, persen komposisi sebuah unsur dalam
suatu senyawa dapat dituliskan sebagai berikut.
n adalah jumlah mol
unsur dalam 1 mol senyawa.
3.
Perhitungan Kimia
a.
Hubungan Jumlah Mol, Partikel, Massa dan Volume Gas
Hubungan jumlah mol (n)
dengan jumlah partikel (x) adalah
sebagai berikut.
x = n x
6,022 x 1023
Hubungan jumlah mol (n)
dengan massa zat (m) adalah sebagai
berikut.
m = n x M
dengan, m =
massa
n = jumlah mol
M = massa molar
Hubungan jumlah mol gas dan koefisien reaksi adalah
sebagai berikut.
dengan, n1 = jumlah mol yang diketahui
n2 = jumlah mol yang
ditanyakan
Pada temperatur dan tekanan yang sama, volume gas hanya
bergantung pada jumlah molnya, sehingga berlaku hubungan.
b.
Pereaksi Pembatas
Reaktan
dalam suatu reaksi biasanya tidak terdapat dalam jumlah stoikiometri (stiochiometric amounts) yang tepat,
yaitu dalam perbandingan yang ditunjukkan
oleh persamaan yang setara. Karena tujuan reaksi adalah menghasilkan
kuantitas maksimum senyawa yang berguna dari sejumlah tertentu material awal,
seringkali suatu reaktan dimasukkan dalam jumlah berlebih untuk menjamin bahwa
reaktan yang lebih mahal seluruhnya diubah menjadi produk yang diinginkan.
Konsekuensinya, beberapa reaktan akan tersisa pada akhir reaksi. Reaktan yang pertama kali habis digunakan pada
reaksi kimia disebut pereaksi pembatas (limiting reagent), karena jumlah
maksimum produk yang terbentuk tergantung pada berapa banyak jumlah awal dari
reaktan ini. Jika reaktan telah digunakan semua, tidak ada lagi produk yang
dapat terbentuk. Pereaksi berlebih (excess
reagent) adalah pereaksi yang tedapat
dalam jumlah lebih besar dari pada yang diperlukan untuk bereaksi dengan sejumlah
tertentu pereaksi pembatas.
LATIHAN SOAL STOIKIOMETRI DAPAT DIUNDUH DISINI:
LATIHAN SOAL STOIKIOMETRI
need a help for PEMBAHASAN LATIHAN SOAL STOIKIOMETRI..??
>> send to my email ^_^
LATIHAN SOAL STOIKIOMETRI
need a help for PEMBAHASAN LATIHAN SOAL STOIKIOMETRI..??
>> send to my email ^_^